Sunday, April 6, 2025

UBI JALAR LEMBAH BALIM "1 SEHAT 1 SEMPURNA"




"Historis, Fitokimia, dan Manfaat Bagi Kesehatan Menuju Kedaulatan Pangan Rakyat Papua" 

HARI INI SAYA DAPAT KIRIMAN BUKU LANGKAH YANG DITULIS SAHABATKU Dokter BENYAMIN LAGOWAN (Lagowan Chegelian ) dengan KATA PENGANTAR dan tulisan di SAMPUL BELAKANG, sebagai berikut....... 


KATA PENGANTAR

Dr. Arius Togodly, M.Pd

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Cenderawasih

Pertama saya mengucapkan terima kasih kepada penulis buku ini atas kepercayaan yang diberikan pada saya untuk memberi kata pengantar dalam buku berjudul: "Ubi Jalar Lembah Balim 1 Sehat 1 Sempurna: Historis, Fitokimia dan Manfaat bagi Kesehatan Menuju Kedaulatan Pangan Rakyat Papua" ini. Saya mengapresiasi ada generasi muda Papua yang memiliki keberanian dan bakat untuk menulis buku yang sebenarnya 'susah-susah gampang' ini. Namun, sampai sejauh ini upaya seperti ini sangat positif dan patut diberikan apresiasi yang besar karena untuk menghasilkan karya seperti ini membutuhkan ketekunan dan kerja keras.

Sejatinya Ubi Jalar merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Papua khususnya di wilayah Pegunungan Tengah. Oleh karenanya mereka telah mengenal dan memiliki beragam istilah tersendiri dalam menyebut Ubi Jalar. Dalam bahasa masyarakat Suku Hubula di Lembah Balim Pegunungan Tengah, ubi jalar disebut dengan hipere /hepiri, sementara masyarakat suku Walak menyebutnya dengan erom dan mbi oleh suku Lanny, supuru oleh suku Kurima, serta nota dalam bahasa suku Mee. Adanya beragam istilah penyebutan itu menjadi indikasi bahwa keberadaan ubi jalar di dalam kehidupan orang Papua khususnya di Pegunungan Tengah sudah dikenal sejak dahulu dan oleh karenanya hingga kini masyarakat masih memposisikan ubi jalar sebagai komoditas pangan utama dalam memenuhi kebutuhan makan pokok sehari-hari.

Saya melihat substansi pokok dalam pembahasan dan penulisan buku yang positif ini dalam beberapa hal berikut :

PERTAMA, buku ini merupakan salah satu sumbangsih karya ilmiah yang sangat penting sebagai bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam menyediakan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat awam Papua, khususnya di Lembah Balim-Pegunungan Tengah tentang pentingnya menjaga eksistensi ubi jalar sebagai bahan makanan pokok utama. 

KEDUA, buku ini secara rinci dan update memaparkan kajian literatur terkait asal-usul ubi jalar Lembah Balim, Papua bahkan dari Polinesia, Melanesia hingga Indonesia. Buku ini menjawab pertanyaan tentang asal-usul ubi jalar secara ilmiah dan tidak hanya menjadi salah satu referensi yang layak tetapi juga menantang orang Papua guna meneliti lebih lanjut. 

KETIGA, buku ini menguraikan dengan detail tentang komposisi kandungan nutrisi (gizi) ubi jalar yang barang kali masyarakat awam belum menyadari dan mengetahuinya sehingga setelah mengetahui informasi ini ubi jalar patut untuk dipertahankan dan dikonsumsi oleh masyarakat.

KEEMPAT, buku ini secara deskriptif namun lugas membahas tentang bagaimana masyarakat di dunia memproduksi ubi jalar dengan sistem industrialisasi yang maju dan modern. Hal ini menjadi catatan dan pekerjaan rumah bagi masyarakat dan pemerintah serta stakeholder lainnya di Papua agar dapat seminimal mungkin mulai bergerak dalam memodernisasi produksi maupun pembudidayaan ubi jalar. 

KELIMA, penulis menyajikan berbagai informasi yang amat penting tentang potret ubi jalar di Indonesia bahkan di dunia diolah menjadi aneka makanan ringan-berat, dimana hal tersebut menjadi indikator bahwa ubi jalar memiliki prospek yang tinggi dalam bidang kulinerisasi saat ini.

KEENAM, penulis memaparkan tentang kendala, mulai adanya stigmatisasi dan kelemahan pemajuan budidaya ubi jalar di Papua khususnya di Lembah Balim-Pegunungan Tengah saat ini. Hal itu kemudian menjadi bahan koreksi dan evaluasi bagi seluruh stakholder di Papua dan khususnya masyarakat sebagai subjek utama dalam pembudidayaan ubi jalar tersebut. 

Berikutnya KETUJUH, penulis menjabarkan suatu jalan agar ada semacam gerakan pembudidayaan ubi jalar yang perlu dilakukan oleh semua pihak dikemudian hari-yang mana di-dahului dengan pembahasan beberapa alasan terkait kekuatan dan potensi penting dibalik perlunya gerakan tersebut. Pada pokok ini, kita diajak agar melihat ubi jalar dari prospeknya yang meyakinkan, baik di sisi keunggulan kandungan gizi, manfaat bagi kesehatan dan kekhawatiran hilangnya ubi jalar dari menu makan sehari-hari dan dari tanah Papua. Di sini telah dirangkaikan dengan beberapa usulan strategis dalam proses budidaya ubi jalar yang bukan saja penting untuk diperhatikan tetapi juga dilaksanakan oleh berbagai pihak terutama masyarakat di Lembah Balim dan Pegunungan Tengah Papua pada umumnya.

Selanjutnya kehadiran buku ini diharapkan dapat menjadi sebuah kerangka acuan bagi kita semua yang memiliki tanggung jawab moril untuk menjaga eksistensi nilai ubi jalar sebagai makanan pokok di Papua. Sebab melalui uraian dalam pembahasan buku ini, kita telah mengetahui semua seluk-beluk dan misteri ubi jalar yang selama ini tidak kita ketahui. Terlebih terkait keunggulan kandungan nutrisi ubi jalar yang kurang dieksplorer oleh banyak pihak sehingga orang Papua selama ini nyaris meninggalkan ubi jalar karena ketidaktahuan mereka.

Sekali lagi saya memandang penting kehadiran buku ini. Sebab di tengah kesibukan yang tinggi dan ancaman peralihan konsumsi pangan orang Papua karena minimnya informasi; buku ini dihadirkan dengan tujuan yang amat mulia yaitu menyadarkan kita untuk kembali menengok ke belakang melihat karunia pemberian Tuhan bagi masyarakat Papua yakni ubi jalar sebagai bahan makanan pokok untuk kita namun hampir kita tinggalkan ini.

Akhir kata saya menyampaikan selamat membaca dan semoga kehadiran buku ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian. Tuhan Yesus Memberkati.

Abepura, Maret 2019

==============

TULISAN DI SAMPUL BELAKANG....... 

MANFAAT ubi jalar (sweet potatoes) dalam sejarah kehidupan rakyat Papua amat besar. Ubi jalar atau (pomoo bototos L. sudah sejak dahulu dimanfaatkan dan diposisikan sebagai makanan pokok utama oleh sebagian besar masyarakat Pegunungan Tengah dan Papua pada umumnya. Tetapi kini posisi ubi jalar tersebut mulai perlahan-lahan tergeser karena banyak faktor. Salah satunya adalah terciptanya pola konsumsi masyarakat yang tinggi atas nasi (suatu jenis makanan introduksi dari luar) yang secara tidak langsung telah mereduksi manfaat dan posisi ubi tersebut. Sementara mayoritas orang Papua belum terbiasa', mengetahui tata cara dan keterampilan bersawah hingga memproduksi beras dalam skala besar secara modern. Memang tidak dapat disangkal bahwa proses nasionalisasi beras yang digencarkan pemerintah sejak orde baru telah turut berperan memicu kemunduran bahkan mematikan budaya masyarakat Papua dalam bercocok tanam, berkebun, meramu dll. Hal itu nampak dari banyaknya kebun garapan masyarakat kini tidak lagi dikelola dan ditanam karena selain telah dialihfungsikan, mereka mulai hidup dengan bergantung pada nasi, roti, biskuit, supermi, kopi-gula dan makanan instan lainnya yang sebenarnya belum bisa mereka produksi sendiri.

Sementara itu, ketika masyarakat Papua sudah hampir meninggalkan ubi jalar, pemerintah Indonesia justru mulai memberlakukan percepatan penganekaragaman pangan lewat Perpres No.22/2009 dan Permentan No.14/2012, dimana kampanye diversifikasi pangan sudah dilaksanakan di luar Papua, tetapi di Papua belum dilakukan sama sekali. Berangkat dari titik itu, maka buku yang sekarang anda pegang hadir tidak hanya ingin mendorong masyarakat untuk kembali pada sumber pangan lokal, tetapi juga diperkaya dengan berbagai hasil penelitian para ahli mengenai sejarah asal-muasal ubi jalar dan kandungan nutrisi dari beragam jenis ubi di dunia yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Disamping itu, buku ini menyajikan data tingkat produksi ubi jalar dari lima negara di lima benua serta memaparkan informasi seputar kulinerisasi aneka makanan berbasis bahan baku ubi jalar.

Kami percaya bahwa tidak ada yang mustahil atau kebetulan bagi Tuhan menciptakan dunia ini beserta segala Isinya, melainkan semua yang dikasih oleh-Nya pasti dengan suatu pertimbangan dan rancangan yang matang. Dan oleh sebab itu, maka sudah semestinya kita berbangga karena sesungguhnya nilai gizi ubi jalar telah terbukti lebih unggul daripada nasi dll. Ini hal ikhwal mengapa kami berkesimpulan bahwa nutrisi ubi jalar sudah mendekati syarat makanan "1 Sehat 1 Sempurna" dengan komposisi gizi yang seimbang sehingga kita tidak perlu bersusah payah melengkapi standar "4 sehat 5 sempurna" sebagaimana yang selama ini dikampanyekan oleh berbagai pihak.

Apa yang diulas dalam buku tentang ubi jalar ini memberikan kita informasi penting bahwa secara medis ubi jalar mempunyai sejumlah kandungan nutrisi yang amat penting bagi pemeliharaan kesehatan tubuh. Salah satunya adalah kandungan Antosianin ubi ungu yang berfungsi sebagai antioksidan guna menangkal radikal bebas yang dapat memicu terjadinya tumor kanker. Saya menyambut gembira buku karya adik dokter muda Benyamin Lagowan ini. Waaa

Isak Yikwa,SKM, MM.Kes, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Pegunungan

~~~~~~~~~~~~~~

"Buku ini luar biasa karena mengupas dan menelaah uhi jalar secara lengkap dari sisi sejarah asal usul, kandungan nutrisi, fungsi kesehatan sampai pengembangan kuliner dengan bahan baku ubi jalar. Di tengah gencarnya pemerintah mensosialisasikan penganekaragaman pangan pokok untuk mengurangi konsumsi beras, buku tentang ubi jalar ini menyadarkan kita bahwa pangan lokal umbi-umbian sangat berpotensi untuk mendukung keberhasilan diversifikasi pangan bangsa Indonesia dan khususnya bagı rakyat Papua. 

Buku ini penting dimiliki oleh mahasiswa, pemerhati pangan dan kesehatan, serta masyarakat umum lainnya. 

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS (Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, IPB)

=============

Kalau mau beli buku, ini Nomor WAnya 081254655591

~~~~~~~

No comments:

Post a Comment